Industri Farmasi Indonesia dan Tantangan Kemandirian Bahan Baku Lokal

Photo of author

By gejawe4214

Industri farmasi merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam hal ketahanan kesehatan dan kemandirian bangsa. Di Indonesia, industri ini terus berkembang seiring meningkatnya permintaan terhadap obat-obatan, baik generik maupun inovatif. Namun, di balik potensi besarnya, terdapat tantangan serius yang menghambat pertumbuhan jangka panjang, yaitu ketergantungan tinggi pada bahan baku farmasi impor.

Saat ini, sekitar 90% bahan baku obat (BBO) yang digunakan oleh industri farmasi di Indonesia masih harus diimpor, terutama dari negara-negara seperti China dan India. Ketergantungan ini menjadikan sektor farmasi sangat rentan terhadap fluktuasi harga global, gangguan rantai pasok, serta kebijakan luar negeri negara produsen bahan baku.

Salah satu dampak nyata dari ketergantungan ini terjadi saat pandemi COVID-19, ketika pasokan bahan baku terganggu karena kebijakan lockdown di negara pengekspor. Hal ini menyebabkan produksi obat-obatan di dalam negeri terganggu dan harga sejumlah produk meningkat. Situasi tersebut menjadi sinyal penting bahwa Indonesia perlu segera memperkuat kemandirian dalam produksi bahan baku farmasi.

Tantangan utama dalam pengembangan bahan baku lokal meliputi keterbatasan infrastruktur, investasi riset dan pengembangan (R&D) yang masih rendah, serta minimnya insentif bagi pelaku industri. Produksi bahan baku farmasi https://www.ctrx.org/ membutuhkan teknologi tinggi dan proses yang kompleks, sehingga investasi awalnya tergolong besar. Selain itu, banyak industri lebih memilih mengimpor bahan baku karena harganya lebih murah dibanding memproduksi sendiri.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menyadari masalah ini dan berupaya mendorong penguatan industri bahan baku farmasi lokal melalui berbagai kebijakan. Salah satunya adalah dengan menetapkan industri farmasi sebagai bagian dari program Making Indonesia 4.0 dan mendorong penggunaan produk dalam negeri melalui e-katalog LKPP. Pemerintah juga memberikan insentif fiskal untuk industri yang berinvestasi di sektor ini.

Di sisi lain, perguruan tinggi dan lembaga riset perlu dilibatkan secara aktif dalam pengembangan bahan baku lokal, baik melalui riset formulasi, teknologi sintesis, maupun pemanfaatan sumber daya alam Indonesia yang kaya. Tanaman obat seperti sambiloto, temulawak, dan jahe misalnya, memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bahan aktif obat modern.

Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci utama untuk membangun ekosistem bahan baku farmasi yang berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan yang kuat, insentif yang menarik, serta komitmen dari berbagai pihak, Indonesia berpeluang untuk mengurangi ketergantungan impor dan membangun industri farmasi yang tangguh dan mandiri.

kemandirian bahan baku lokal dalam industri farmasi bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari strategi ketahanan nasional. Tantangan yang dihadapi memang tidak ringan, namun dengan langkah yang terkoordinasi dan berkelanjutan, Indonesia dapat mewujudkan industri farmasi yang tidak hanya melayani kebutuhan domestik tetapi juga mampu bersaing di pasar global.

Leave a Comment